Panduan Islam Tentang Hubungan (Biologis) Suami Istri

Bookmark and Share
Melanjutkan panduan untuk mendapatkan anak yang saleh, dengan memperhatikan hal-hal yang berpengaruh dalam mempermudah pendidikan anak di masa yang akan datang. Dalam pembahasan sebelumnya dibahas tentang pentingnya pendidikan, tujuan pendidikan dan mencari pasangan hidup, sebagai salah satu factor yang sedikit banyaknya dapat berpengaruh dalam pendidikan anak. Karena pasangan ini pada waktu yang akan datang akan menjadi orang tua anak yang akan dididik.

Islam bukan agama yang mengkebiri seks manusia, begitupula bukan agama yang memperbolehkan pemeluknya untuk mengumbar seks. Akan tetapi ia memberikan jalan penyaluran seks melalui jalan yang benar yaitu pernikahan. Walaupun pernikahan dalam Islam tidak dipandang dari segi seksualnya saja. Bahkan lebih dari itu, ia pun dianggap sebagai salah satu pintu untuk menuju kesempurnaan dan kebahagiaan yang ingin dicapai oleh manusia. Setelah mereka memasuki kehidupan berumah tangga, maka peranan kedua orang tua semakin terasa.

Dalam artikel ini, akan dibahas tentang adab islami (panduan Islam) berkaitan dengan hubungan biologis suami istri. Meskipun sebelumnya saya merasa hal ini merupakan masalah yang sangat privasi dan mungkin hal yang tabu, tetapi ketika melihat ternyata pengetahuan yang benar sesuai dengan anjuran Islam tentang hal ini akan dapat memberikan pengaruh kepada anak yang akan dididik maka saya kira sebaiknya hal ini kita singgung juga. Dan mudah-mudahan akan menambah wawasan dan dapat diamalkan oleh para orang tua sebagai lahan terbentuknya generasi yang sehat, saleh dan cerdas..
Telah dijelaskan dalam banyak hadis tentang adab hubungan biologis suami istri yang hendaknya diketahui oleh pasangan suami istri. Adab hubungan biologis suami istri dapat sedikit banyaknya akan memberikan pengaruh pada jasmani dan ruhani anak. Rasulullah telah memberikan pesan kepada Imam Ali tentang adab dan tata cara hubungan biologis suami istri dari sisi waktu, tempat dan kondisi kejiwaan yang meliputi kedua pasangan. Rasulullah bersabda: “Wahai Ali, Jagalah (dan amalkan) wasiatku ini, sebagaimana aku telah menjaga (dan mempelajarinya) dari saudaraku Jibra’il as.” (Makarimal Akhlak, hal 219, dinukil dari buku Tarbiyate Farzan (Pendidikan Anak), Sayyid Ali Husaini Zadeh, hal 50]
Rasulullah saww sendiri sebelum memiliki putri tercintanya Sayyidah fathimah Zahro , berpisah selama 40 hari dengan istrinya Sayyidah Khadijah. Setelah itu menemui istrinya dan sebelumnya memakan apel surga yang diberikan malaikat Jibrail as kepadanya. Yang darinya kemudian terlahir manusia sempurna bunda Fathimah Zahro as. Berkenaan dengan beliau Rasulullah bersabda:: “Sesungguhnya wanita ahli surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad saww, Maryam binti ‘Imron, dan Asiyah binti Mazahi.” (Mustadrak Ash Shahihain 2:497).

Walaupun mungkin kita tidak dapat melakukan secara sepenuhnya apa yang telah dilakukan oleh Nabi kita, namun tak ada salahnya yang mampu kita lakukan ya sebaiknya kita lakulan dan amalkan. Seorang perempuan mendatangi Rasulullah saw, seraya berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana Allah swt dapat dikatakan adil, padahal Dia telah memberikan anak yang buta kepadaku?” Dalam menjawab protesnya beliau menjawab: “Apakah ketika kalian berhubungan, suamimu meminum minuman keras (khamar)?” “Ya, wahai Rasulullah.” Jawabnya. Lantas beliau kembali bersabda: “Jika demikian maka cercalah diri kalian sendiri”.
Pengaruh menjaga adab hubungan suami istri dalam beberapa riwayat dibagi kepada dua bagian:
1. Memberikan Pengaruh kepada keselamatan dan kesehatan jasmani anak:
  • Iman Ali Zainal Abidin (Imam Ke-4) berkata: “Jika seoarng suami melakukan hubungan biologis dengan istrinya dalam keadaan tenang, tidak dalam keadaan rasa khawatir dan tidak grogi maka sperma akan masuk ke dalam rahim istrinya dalam keadaan tenang pula. Dan paras anak akan mirip dengan ayah dan ibunya. Namun jika seorang suami melakukan hubungan biologis dengan istrinya dalam keadaan tidak tenang, ada rasa khawatir dan grogi maka sperma akan masuk ke dalam rahin dalam keadaan tidak tenang pula. Serta paras anak mirip dengan paman, bibi dari kedua belah pihak dan anggota keluarga yang lainnya.” (Bihar al-Anwar, jil 60, hsl 359, dinukil dari Tarbiyate Farzan (Pendidikan Anak), Sayyid Ali Husaini Zadeh )Ini sebagian dari riwayat, dan ada beberapa hadis lagi bisa didapatkan dalam kitab makarimal akhlaq, berkaitan dengan adab hubungan suami istri.
  • Dalam hadis lain Rasulullah saw bersabda; “Wahai Ali, janganlah melakukan hubungan biologis dengan istrimu pada awal bulan, pertengahan dan akhir bulan. Karena ada kemungkinan besar akan menyebabkan gila, terkena penyakit kusta, cacat anggota tubuh dan akal istri dan anak.”(Makarimal Akhlak, hal 219)
2. Hal-Hal yang Memberikan Pengaruh pada Ruhani dan Kejiwaan Anak:
Diantara hal-hal yang hendaknya dilakukan sebelum melakukan hubungan suami istri ialah berwudhu atau dalam keadaan suci, menyebut nama Allah swt dan berdoa akan mencegah dari campur tangan syetan. Syetan setelah diusir dari surga ia bersumpah untuk menjerumuskan manusia melalui harta dan anak, seraya berkata: “Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka. (Al-Israa: 64)

Campur tangan syetan dalam harta mungkin sudah jelas bagi kita. Namun apa yang dimaksud campur tangan syetan dalam anak-anak kita? Dalam menjawab hal ini dalam tafsir Shafi karya Faiz Kasyani, telah dinukil dari Imam Shadiq as bahwa beliau berkata: “Sewaktu kalian memulai hubungan suami istri dengan nama Allah swt maka syetan akan menjauh dari kalian. Namun jika tidak memulai dengan menyebut nama Allah swt maka syetan akan ikut campur dalam dalam perbuatan kalian.”

Tentu mendidik anak yang ketika pembentukannya terdapat campur tangan syetan, akan lebih sulit dibanding anak yang tidak seperti itu. Begitupula hendaknya berhati-hati ketika melaukan hubungan suami istri secara hati-hati, jangan sampai anak kita menyaksikannya. Dalam sebuah riwayat Imam Shadiq as yang telah dinukil dari kakeknya Rasulullah saw berkata; “Sumpah demi Tuhan yang jiwaku berada di bawah kekuasaannya, jika seorang suami hubungan biologis dengan istrinya, sementara anaknya ada di kamarnya melihatnya, mendengar omongan dan desah nafasnya, ketahuilah anak tersebut tidak akan bahagia, baik anak laki-laki maupun perempuan maka akan menjadi penzina. ” (Wasa’il Asy-Syi’ah, jil 14, hal 94)
Mudah-mudahan kita dapat mengamalkan panduan ini, paling tidak bagi anak kita yang akan datang. InsyaAllah
[Euis D dari buku Tarbiyate Farzan (Pendidikan Anak), Sayyid Ali Husaini Zadeh]

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Powered By Blogger