Tiga hal yang mewajibkan mandi khusus bagi wanita diantaranya adalah :
1. Haidh ( Menstruasi )
Kewajiban mandi besar bagi wanita selepas haidh diambil dari Al Qur'an Surat Al Baqarah ayat 222 yang artinya ," Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, " haid itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita diwaktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan oleh Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri "
Dalam hadist Buchori bahwa Nabi Muhammad Saw pernah berkata kepada Fatimah Binti Abi Khubaisy, " Apabila telah datang haid maka tinggalkanlah sholat, dan apabila sudah lewat haidnya maka mandilah dan sholatlah "
2. Nifas
Nifas menurut muallif kitab Iqna' Abi Syuja' adalah darah haid yang mengumpul, atau darah yang keluar yang mengiringi melahirkan. Nifas adalah salah satu sebab diwajibkannya mandi bagi seorang wanita.
3. Melahirkan
Melahirkan juga menjadi salah satu sebab khusus bagi wanita untuk diwajibkannya mandi meskipun berupa anak tanpa disertai air ketuban atau berupa daging atau darah.
Diharamkan bagi orang yang junub, haid, atau nifas apa saja yang dilarang bagi orang yang mempunyai hadast kecil karena junub, haid atau nifas merupakan hadast besar dan hukumnya lebih besar dari hadast kecil. Salah satu yang dilarang bagi orang yang sedang junub, haid dan nifas adalah berdiam diri di masjid atau bolak balik ke masjid tanpa adanya udzur. Hal ini didasarkan pada Al Qur'an Surat An-Nisa' ayat 43 yang artinya " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, ( jangan pula kamu hampiri masjid ) sedang kamu dalam keadaan junub terkecuali sekedar berlalu saja hingga kamu mandi, " .
Imam Ibnu Abbas dan lainnya mengatakan, " Janganlah kalian mendekati tempat-tempat sholat sebab tiada tempat/jalan (bagi mereka yang junub) didalam masjid " . Juga hadist Nabi Saw, " Masjid tidak dihalalkan bagi orang yang haid dan sedang junub " ( HR.Abu Dawud dari 'Aisyah Ra).
Dikecualikan dari masjid adalah musholla, pondok pesantren, surau, rumah, madrasah dalam artian diperbolehkan bagi orang yang sedang junub dan haid berdiam diri di musholla, pondokan, madrasah selain tempat yang dinamakan masjid meskipun masih berupa tanah masjid dan belum ada bangunannya.
Begitu juga tidak diharamkan berdiam diri dimasjid bagi orang yang junub apabila ada udzur seperti dia bermimpi kemudian mengeluarkan air mani atau wanita yang haid pada saat berada didalam masjid sedangkan masjid dalam keadaan tertutup atau terkunci sehingga tidak dapat keluar atau takut kehilangan hartanya bendanya, maka tidak diharamkan baginya berdiam diri dimasjid.
Orang yang sedang junub, haid atau nifas dilarang membaca Al Qur'an dengan melafadzkannya, sedangkan orang yang bisu, isyaratnya yang tidak diperkenankan ketika dia junub atau haid seperti yang dijelaskan oleh syeikh Al Qodhi dalam kitab fatawanya yang menempatkan/menyamakan isyarat ucapan. Hal itu diambil dari hadist yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi , " Orang yang sedang junub dan orang yang haid tidak boleh membaca sesuatu dari Al Qur'an ". Akan tetapi membaca dalam hati, melihat mushaf , membaca bacaan yang sudah diganti bacaanya, menggerakkan kedua bibir tanpa mengeluarkan suara yang dapat didengar minimal oleh telinganya sendiri, kesemuanya tidak diharamkan karena bukan termasuk dalam kategori membaca yang diharamkan bagi orang yang sedang junub.
Begitu juga dengan dzikir Qur'an dengan niatan tidak membaca Qur'an sepeti membaca basmalah, istighfar, do'a ketika naik kendaraan ( subhaanal ladzi sakhkhara lana hadza wama kunna lahu muqrinin wainna ila rabbina lamunqolibun ), dan lainnya, maka tidak diharamkan bagi orang yang sedang junub atau haid.
Disunnahkan bagi orang yang sedang junub untuk membasuh farji (kemaluan) dan melaksanakan wudlu kalau hendak makan, minum, tidur atau melaksanakan persetubuhan lagi. Sedangkan bagi mereka yang haid dan nifas, hal tersebut disunnahkan ketika darah haid atau nifas berhenti alias suci meskipun belum mandi wajib.
Sekian dulu kajian untuk hari ini Insya Allah selanjutnya akan dibahas tentang fardlu, kesunnahan berikut tatacara mandi menurut syar'i. Semoga sedikit ilmu yang kami sajikan ini bermanfaat dan diridhoi oleh Allah Swt Amin.
Achmad Zubaidi
Ponpes Nurul Ikhlas sepande candi sidoarjo
Telp.031 8952438 email : ponpes@nurulikhlas.com
Web : http://nurulikhlas.com
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar