Sa’ib bin Yazid r.a. meriwayatkan:
Bibi membawa saya menghadap Nabi. Bibi berkata, “Wahai Rasulullah! Keponakan ku ini sakit”
Maka beliau mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan untuk saya, lalu beliau berwudhu, kemudian saya meminum bekas air wudhu beliau. Setelah itu saya berdiri di belakang beliau, seketika saya melihat tanda kenabian di antara kedua pundak beliau, bentuknya seperti kancing tirai”.
(HR Tirmidzi, Bukhari, Muslim dan Thabrani)
Bibi membawa saya menghadap Nabi. Bibi berkata, “Wahai Rasulullah! Keponakan ku ini sakit”
Maka beliau mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan untuk saya, lalu beliau berwudhu, kemudian saya meminum bekas air wudhu beliau. Setelah itu saya berdiri di belakang beliau, seketika saya melihat tanda kenabian di antara kedua pundak beliau, bentuknya seperti kancing tirai”.
(HR Tirmidzi, Bukhari, Muslim dan Thabrani)
Jabir bin Samurah r.a. meriwayatkan:
Saya melihat tanda kenabian di antara kedua pundak Rasulullah, yaitu daging berwarna merah sebesar telur burung merpati.
(HR Tirmidzi, Muslim dan Ahmad)
Rumaitsah r.a. meriwayatkan:
Saya mendengar Rasulullah,- saya sangat dekat dengan beliau sehingga seandainya aku mau mencium tanda kenabian yang ada di antara kedua pundak beliau, niscaya saya bisa melakukannya- berkata kepada Sa’d bin Muadz ketika ia wafat, “Karena kematian Sa’ad, Arsy Allah bergetar”
(HR Tirmidzi dan Ahmad)
Ibrahim bin Muhammad meriwayatkan;
Jika Ali bin Abi Thalib r.a. menggambarkan karakter fisik Nabi -kemudian Ibrahim menyebutkan sebuah hadits yang panjang- ia berkata: “Di antara kedua pundak beliau ada tanda kenabian dan beliau adalah penutup para nabi”
(HR Tirmidzi, Ibnu Sa’d dan Baihaqi)
Abu Zaid Amru bin al Akhtab al Anshari r.a. berkata kepada Ilba’ bin Ahmar,
Rasulullah pernah berkata kepada saya, “Wahai Abu Zaid! Mendekatlah dan usaplah punggungku!” Maka sayapun mengusap punggung beliau, seketika jari jemari saya menyentuh tanda kenabian. Ilba’ bertanya, “Seperti apa tanda kenabian itu?” Abu Zaid menjawab, “Gumpalan rambut”.
(HR Tirmidzi dan Ahmad)
Abu Buraidah meriwayatkan:
Ketika Rasulullah baru tiba di Madinah, Salman al-Farisi mendatangi beliau dengan membawa meja makan yang berisi kurma seraya meletakkannya di hadapan beliau. Rasulullah bertanya, “Wahai Salman, apa ini?” Salman menjawab, “Ini adalah sedekah untuk engkau dan para sahabat engkau” Maka beliau menjawab, “Bawalah kurmamu ini. Sungguh, kami tidak (boleh) menerima sedekah” Salman pun membawanya. Keesokkan harinya, ia kembali datang dengan membawa kurma yang sama seraya meletakkannya di hadapan beliau. Beliaupun kembali bertanya, “Wahai Salman, apa ini?” Salman menjawab, “Ini adalah hadiah untuk engkau”.
Maka Rasulullah berkata kepada para sahabat, “Berkumpullah (untuk makan)!” Saat itu, Salman melihat tanda kenabian di punggung Rasulullah. Maka ia pun beriman kepada beliau. (Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bertanya kepada Salman, apa lagi yang ingin diketahui Salman? Maka Salman menjawabnya bahwa ia ingin melihat tanda kenabian dan Rasulullah membuka bajunya dan mempersilahkan Salman untuk melihatnya).
Setelah itu Rasulullah membeli sebidang tanah dari seorang Yahudi dengan harga sekian dirham untuk ditanami pohon kurma. Di tanah itulah Salman bekerja hingga ia bisa menghidupi dirinya sendiri. Seluruh pohon kurma ditanam sendiri oleh Rasulullah kecuali sebatang pohon yang ditanam oleh Umar. Maka kurma kurma itu berbuah pada tahun itu juga, kecuali sebatang pohon yang ditanam Umar. Rasulullah bertanya, “Ada apa dengan sebatang pohon ini?” Umar menjawab, “Wahai Rasulullah, sayalah yang menanamnya” Beliau segera mencabutnya seketika lalu menanamnya kembali. Maka pohon itu pun berbuah pada tahun itu juga.
(HR Tirmidzi dan Ahmad)
Abu Nadrah al-Aufi meriwayatkan:
Aku bertanya kepada Abu Sa’id al-Khudri tentang tanda kenabian Rasulullah saw. Maka ia menjawab, “Di punggung beliau ada daging yang menonjol”
(HR Tirmidzi)
Abdullah bin Sarjis r.a. meriwayatkan:
Saya pernah mendatangi Rasulullah ketika beliau sedang bersama sekelompok sahabat. Saya mondar mandir di belakang beliau. Beliau pun mengetahui apa yang saya inginkan. Maka beliau melepas selendang yang menutupi punggung beliau. Saya melihat tanda kenabian di pundak beliau sebesar kepalan tangan. Di sekelilingnya ada titik titik seperti kutil, kemudian saya maju di hadapan beliau dan berkata, “Semoga Allah mengampuni engkau ya Rasulullah” dan beliau pun menjawab, “Semoga engkau pun demikian”
Orang orang bertanya pada Abdullah, “Benarkah Rasulullah memohonkan ampunan untukmu?” Abdullah menjawab, “Ya, bleiau juga memohonkan ampunan untuk kalian” Lalu Abdullah membaca ayat, “…..dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang orang mukmin, laki laki dan perempuan…..” (Muhammad,(47): 19)
(HR Tirmidzi, Muslim, Ahmad, Ibnu Sa’d, Humaidi, Nasa’I dan Bagawi)
(HR Tirmidzi, Muslim dan Ahmad)
Rumaitsah r.a. meriwayatkan:
Saya mendengar Rasulullah,- saya sangat dekat dengan beliau sehingga seandainya aku mau mencium tanda kenabian yang ada di antara kedua pundak beliau, niscaya saya bisa melakukannya- berkata kepada Sa’d bin Muadz ketika ia wafat, “Karena kematian Sa’ad, Arsy Allah bergetar”
(HR Tirmidzi dan Ahmad)
Ibrahim bin Muhammad meriwayatkan;
Jika Ali bin Abi Thalib r.a. menggambarkan karakter fisik Nabi -kemudian Ibrahim menyebutkan sebuah hadits yang panjang- ia berkata: “Di antara kedua pundak beliau ada tanda kenabian dan beliau adalah penutup para nabi”
(HR Tirmidzi, Ibnu Sa’d dan Baihaqi)
Abu Zaid Amru bin al Akhtab al Anshari r.a. berkata kepada Ilba’ bin Ahmar,
Rasulullah pernah berkata kepada saya, “Wahai Abu Zaid! Mendekatlah dan usaplah punggungku!” Maka sayapun mengusap punggung beliau, seketika jari jemari saya menyentuh tanda kenabian. Ilba’ bertanya, “Seperti apa tanda kenabian itu?” Abu Zaid menjawab, “Gumpalan rambut”.
(HR Tirmidzi dan Ahmad)
Abu Buraidah meriwayatkan:
Ketika Rasulullah baru tiba di Madinah, Salman al-Farisi mendatangi beliau dengan membawa meja makan yang berisi kurma seraya meletakkannya di hadapan beliau. Rasulullah bertanya, “Wahai Salman, apa ini?” Salman menjawab, “Ini adalah sedekah untuk engkau dan para sahabat engkau” Maka beliau menjawab, “Bawalah kurmamu ini. Sungguh, kami tidak (boleh) menerima sedekah” Salman pun membawanya. Keesokkan harinya, ia kembali datang dengan membawa kurma yang sama seraya meletakkannya di hadapan beliau. Beliaupun kembali bertanya, “Wahai Salman, apa ini?” Salman menjawab, “Ini adalah hadiah untuk engkau”.
Maka Rasulullah berkata kepada para sahabat, “Berkumpullah (untuk makan)!” Saat itu, Salman melihat tanda kenabian di punggung Rasulullah. Maka ia pun beriman kepada beliau. (Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bertanya kepada Salman, apa lagi yang ingin diketahui Salman? Maka Salman menjawabnya bahwa ia ingin melihat tanda kenabian dan Rasulullah membuka bajunya dan mempersilahkan Salman untuk melihatnya).
Setelah itu Rasulullah membeli sebidang tanah dari seorang Yahudi dengan harga sekian dirham untuk ditanami pohon kurma. Di tanah itulah Salman bekerja hingga ia bisa menghidupi dirinya sendiri. Seluruh pohon kurma ditanam sendiri oleh Rasulullah kecuali sebatang pohon yang ditanam oleh Umar. Maka kurma kurma itu berbuah pada tahun itu juga, kecuali sebatang pohon yang ditanam Umar. Rasulullah bertanya, “Ada apa dengan sebatang pohon ini?” Umar menjawab, “Wahai Rasulullah, sayalah yang menanamnya” Beliau segera mencabutnya seketika lalu menanamnya kembali. Maka pohon itu pun berbuah pada tahun itu juga.
(HR Tirmidzi dan Ahmad)
Abu Nadrah al-Aufi meriwayatkan:
Aku bertanya kepada Abu Sa’id al-Khudri tentang tanda kenabian Rasulullah saw. Maka ia menjawab, “Di punggung beliau ada daging yang menonjol”
(HR Tirmidzi)
Abdullah bin Sarjis r.a. meriwayatkan:
Saya pernah mendatangi Rasulullah ketika beliau sedang bersama sekelompok sahabat. Saya mondar mandir di belakang beliau. Beliau pun mengetahui apa yang saya inginkan. Maka beliau melepas selendang yang menutupi punggung beliau. Saya melihat tanda kenabian di pundak beliau sebesar kepalan tangan. Di sekelilingnya ada titik titik seperti kutil, kemudian saya maju di hadapan beliau dan berkata, “Semoga Allah mengampuni engkau ya Rasulullah” dan beliau pun menjawab, “Semoga engkau pun demikian”
Orang orang bertanya pada Abdullah, “Benarkah Rasulullah memohonkan ampunan untukmu?” Abdullah menjawab, “Ya, bleiau juga memohonkan ampunan untuk kalian” Lalu Abdullah membaca ayat, “…..dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang orang mukmin, laki laki dan perempuan…..” (Muhammad,(47): 19)
(HR Tirmidzi, Muslim, Ahmad, Ibnu Sa’d, Humaidi, Nasa’I dan Bagawi)
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar