Deteksi Lebih Akurat Deteksi Kanker Payudara

Bookmark and Share
Deteksi Lebih Akurat Deteksi Kanker Payudara
Cara deteksi kanker payudara bukan hanya mamografi, tetapi masih ada beberapa cara lain. Yuk, cari tahu banyak cara mendeteksi kesehatan payudara sejak dini!
Periksa sendiri

Hal yang paling mudah dilakukan adalah "sadari" atau pemeriksaan payudara sendiri. dr. Sutjipto, Sp.B(K) Onk., spesialis bedah onkologi dari Siloam Hospital, menganjurkan bagi remaja putri, sejak menginjak usia 20 tahun melakukan "sadari" secara rutin. Ini bisa dilakukan setiap kali setelah mandi dan di luar masa menstruasi.


Caranya, berdiri di depan kaca, tangan kanan memeriksa payudara kiri dan demikian pula sebaliknya. Lakukan pemeriksaan dengan meraba memutar telapak tangan seiring jarum jam dan sebaliknya berulang kali. Pastikan, tidak ada benjolan atau gronjolan di dalam payudara. USG payudara

Adapun bagi para perempuan yang telah menginjak usia 30 tahun, lakukan USG payudara atau breast ultrasound. Caranya mirip dengan USG kandungan. Pertama-tama, pasien diminta berbaring di atas tempat tidur kemudian bagian payudara diberikan gel. Lalu petugas medis akan menjalankan transduser ke seputar payudara untuk mendapatkan gambaran adanya tumor ataupun kista di dalam payudara. Mamografi tak lagi menyakitkan

Ketika memasuki usia 40 tahun, Sutjipto menganjurkan untuk melakukan kombinasi kedua cara deteksi (USG dan "sadari") dengan mamografi. Mamografi sebaiknya dilakukan 3 tahun sekali untuk pasien berusia 40-45 tahun. Namun, khusus bagi yang berisiko tinggi, seperti, gemuk, belum punya anak, dan ada riwayat kanker dalam keluarga, mamografi bisa dilakukan setiap 2 tahun sekali.

Adapun ketika memasuki usia 50 tahun, mamografi bisa dilakukan 2-3 tahun sekali. Begitu pula ketika wanita telah berusia di atas 60 tahun, mamografi dilakukan sekitar 1-2 tahun sekali.

Tidak perlu takut dengan mamografi karena alat mamografi yang sekarang sudah cukup terkomputerisasi. Sistem komputerisasi ini memungkinkan penekanan secukupnya untuk mendapatkan gambaran akurat kondisi kelenjar susu.

“Jadi, tidak perlu takut sakit ataupun akan memicu kanker lebih ganas,” ungkap Sutjipto meluruskan anggapan yang salah di masyarakat.

Cara melakukan mamografi ini seperti rontgen dada. Pertama-tama, pasien diminta melepaskan berbagai aksesori logam dan pakaian serta hanya menggunakan pakaian khusus mamografi.

Untuk posisi saat melakukan mamografi, bisa dengan duduk ataupun berdiri bergantung pada peralatan yang digunakan. Kemudian salah satu payudara diletakkan di atas pelat datar dan di bagian atas ada semacam plastik yang menekan payudara ke bawah untuk meratakan. Cara ini dimaksudkan untuk memperlihatkan jaringan payudara yang akan disinar-X.

Foto-foto kelenjar payudara ini akan diambil dari berbagai sudut untuk memperoleh akurasi yang optimum. Pada mesin mamografi jenis Full Field Digital Mammography (FFDM) yang bekerja secara digital, gambar sinar-X yang didapat dapat dimanipulasi di layar komputer sehingga meningkatkan akurasi hasil foto sinar-X.
MRI lebih detail

Bila setelah dilakukan USG dan mamografi ditemukan kejanggalan, penyelidikan dilanjutkan dengan melakukan MRI (magnetic resonace imaging) terhadap payudara. Metode ini juga merupakan alternatif deteksi kanker payudara bagi perempuan di atas 40 tahun ataupun yang tidak menyukai mamografi.

Tentu saja, diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk melakukannya. Caranya, pasien disuntikkan agen kontras atau semacam cairan yang akan mengeluarkan warna. Kemudian pasien dimasukkan ke dalam lorong dan ditembakkan daya magnet yang akan menghasilkan warna tertentu pada jaringan yang telah diinjeksi agen kontras.

Pada akhirnya akan didapat gambaran struktur, bentuk dan komposisi payudara secara lebih detail bahkan bisa menangkap adanya sel yang sudah mengarah menuju kanker.

Termografi payudara

Pilihan lain pelengkap cara mendeteksi kanker payudara adalah dengan breast thermography. Berdasarkan penelitian klinis, bila dilakukan bersama dengan mamografi, sensitivitasnya akan meningkat hingga 98 persen.

Dikatakan, termografi ini relatif aman karena tidak menimbulkan radiasi, tanpa injeksi ataupun penekanan apa pun. Dengan memanfaatkan digital infra-red thermal imaging, akan didapat pola panas normal dan tak normal yang dihasilkan oleh adanya sel kanker.
Caranya, pasien cukup berdiri di depan alat termografi. Kemudian petugas akan merekam pola panas payudara. Bila terdapat warna merah (tanda suhu tinggi tak normal), maka terdapat aktivitas sel tumor.
Sumber :

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Powered By Blogger